Biografi Gus Dur



KH. Abdurrahman Wahid atau  sering di panggil Gus Dur  lahir pada 4 Agustus 1940 di Tambak beras Jombang Jawa Timur. Ayahnya adalah KH. Hasyim Wahid putra pendiri NU Hedratus Seikh KH. Hasyim Asy’ari. Salah seorang penandatangan piagam Jakarta serta menteri agama pada masa Kabinet  Hatta, Natsir dan Sukiman. Sedang dari garis ibunya  Ia  mewarisi darah KH. Bisri Syamsuri, salah seorang Rois Aam NU. Dengan demikian  ia tidak diragukan lagi  telah berada  pada posisi  inti dalam kosmologi dan emosi komunitas NU sebagai pewaris ayah dan kakeknya.


Dalam banyak aspek Gus Dur  seakan memang  telah dipersiapkan  sebagai putra mahkota  yang kelak akan memimpin NU. Idealisme yang  dicita-citakan  KH. Wahid  terhadap putranya ini tergambar jelas dalam nama yang diberikan : Abdurrahman Ad-dakhil . Secara leksikal ad-dakhil berarti  sang penakluk. Sebuah nama yang diambli KH. Wahid dari seorang perintis dinasti Bani Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol berabad silam.  Sayangnya KH. Wahid Hasyim meninggal pada saat Gus Dur berumur 13 tahun.

 Semasa di SMEP  di Yogyakarta  Gus  Dur telah banyak membaca  buku-buku yang sulit dipahami bahkan oleh orang dewasa yang terpelajar sekalipun, seperti What is to be done? Karya  Lenin yang diinggriskan, Captain’s Doughter yang ditulis  Turgenev atau karya monumental Marx, Das Capital.

 Pengembaraanya di dunia pesantren  di mulai di  pesantren Tegalrejo Magelang, selama tiga tahun  sejak tahun 1956 diasuh  dalampengawasan langsung KH. Chudlori. Dari sini Gus Dur melanjutkan ke pesantren Tambakberas dan tinggal di sana selama  empat tahun. Tahun 1964-1966 Gus Dur melanjutkan studinya ke  Universitas Al-Azhar di kairo, Mesir. Ia tidak menyelesaikan studinya di Al-Azhar  karena universitas itu tidak kondusif  untuk Gus Dur. Selama dua tahun diKairo justru digunakan untuk belajar di luar universitas, mengikuti halqah,  menghabiskan waktunya di perpustakaan nasional Mesir serta perpustakaan di kedutaan Amerika dan Prancis.

 Selepas  dari Kairo ia sempat belajar di Fakultas Sastra Universitas Bagdad, Irak sampai tahun 1970, saat ia di panggil pulang ke Jombang. Di kota kecil ini Gus Dur  memulai tahap kehidupan yang berikutnya bagi putra kiai mengajar di pesantren.

 Karirnya sebagai pendidik sebenarnya di mulai sejak 1959 dengan mengajar di madrasah Muallimat Bahrul Ulum selagi ia mondok di Tambakberas. Sekembali dari Timur Tengah  ia mengajar di pesantren Tebuireng. Antara 1972-1974 Gus Dur  menjadi Dekan Fakultas Ushuudin Universitas Hasyim Asy’ari dan lima tahunberikutnya ia menjadi sekretaris pesantren Tebuireng, sampai tahun 1979 ia pindah ke Jakarta dan memulai kiprahnya di PB NU. Di Jakarta  karir pendidiknya tidak berakhir, di samping mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah, ia juga mendirikan sekaligus memimpin sebuah pesantren di Ciganjur, Jakarta Selatan.
 
Wawasan intelektual Gus dur  yang terbentuk sejak dini bukan saja pada hal non agama namun juga pada aspe keagamaan.  Sehingga ia di nilai  sebagai salah seorang  pemikir Islam Liberal di Indonesia meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi sekuler seperti Nurcholis Majid.

Liberalitas cara berpikir itulah  yang agaknya telah mengundang banyak penentang  bahkan pencaci terhadap Gus Dur. Cara pikir yang liberal  dan cenderung generalis tersebut merupakan  stimulant terpenting yang mengundang permusuhandan penentangan terhadapnya.

Tentang ideologi. Pemikiran Gus Dur soal ideologi muncul secara kcontroversial menjelang pengasastunggalan Pancasila. Menurut Gus dur ideologi harus diletakan  pada neraca penilaian yang sangat pragmatis dan tidak terlalu diagungkan sebagai suatu “benda suci”, meskipun tetap dipandang sangat sentral dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara. Bagi Gus Dur fungsi utama ideologi adalah sebagai faktor pemersatu bangsa serta pemberi arah bagi penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Penggunaan ideology untuk kepentingan yang lebih sempit dari fungsi tersebut, misal sebagai landasan legitimasi bagi otoriterisme suatu rezim terhadap masyarakat hanya akan mendorong kehancuran ideologi tersebut.

Ia berpendapat  bahwa berbagai ideologi universal yang masing-masing memiliki pandangan berbeda mengenai berbagai hal  seperti  kemasyarakatan, perekonomian dan lain-lain  telah masuk ke Indonesia sejak masa sebelum kemerdekaan. Olehnya ideologi-ideologi itu dibagi  dalam dua kategori umum,yakni  ideology sekuler dan ideology yang teokratis. Ideologi sekuler  menghendaki agar agama tidak turut menjadi faktor penentu  dalamkehidupan kenegaraan, sehingga  Negara harus netral dalam soal agama. Dan agama dipandang semata-mata  sebagai urusan pribadi individu. Nasionalisme, sosialisme, komunismedan kapitalisme termasuk dalam ideology sekuler ini.

Ideologi dalam kategori yang kedua  menginginkan agar agama (Islam) menjadi kekuatan penentu utama dalam kehidupan bernegara, sehingga terbentuk sebuah Negara teokratis. Jadi Negara turut bertanggungjawab atas terlaksannya syariat agama dalam segala aspek kehidupan  masyarakat dan individu.

Sudah pasti sekularisme  tidak akan dapat diterima  oleh Bangsa Indonesia  yang religius dengan keyakinan bahwa agama bagaimanapun  tetap berperan  dalam kehidupan bernegara.

Sementara teokratisme juga sulit diwujudkan  mengingat masyarakat Indonesia sudah terlanjur terbentuk dalam suatu model  yang terkotak-kotak. Terlebih lagi Gus Dur tidak yakin  bahwa Islam  memang memilki  konsep pemerintahan yang definitif. Sehingga pemaksaan diterapkannya Islam  dalam tatanan penyelenggaraan Negara  secara konseptual tidak beralasan. Gus Dur membuktikan bahwa  dalam satu aspek kenegaraan  yang paling pokok tentang persoalan suksesi kepemimpinan , Islam ternyata tidak menunjukan konstanta tertentu,  akibatnya  hanya 13 tahun setelah meninggalnya Nabi Muhammas SAW, para sahabat telah menerapkan  tiga model yang berbeda; Istkhlaf, Bai’at dan Ahlul Halli Wal Adi.

Bagi Gus Dur, yang terpenting  suatu Negara ditegakan  di atas banyak pilar yang mengindahkan keragaman masyarakat di mana Negara itu di bangun

KH. Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur  terpilih menjadi Presiden RI ke-4 pada tahun 1999 dan menjabat hingga tahun 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001.

Pada  tanggal  23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dan  meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun

 

Biografi Jenderal Soedirman



Jenderal  Soedirman  dilahirkan pada 24 Jnuari 1916 di desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang  Kabupaten Purbalingga.  Ayahnya  seorang mandor tebu, ibunya juga wanita biasa, sejak bayi ia  diangkat  sebagai anak  oleh pamannya, seorang asisten wedana atau camat. 
 
 Karena naungan nama pamannya  Soedirman  dapat masuk ke Hollands Inlandse School (HIS) yang teruntuk buat anak priyayi. Dalam perguruan ini ia melanjutkan studinya yakni pada  MULO Wiworo Tomo sampai tamat.  Dar berbagai kesaksian dapat disimpulkan  bahwa dalam perguruan Wiworo Tomo ini, salah satu lembaga pendidikan nasional  yang oleh pemerintah kolonial Belanda disebut dengan sekolah liar.

Kecenderungan-kecenderungan  dalam jiwa Soedirman itu kemudian berkembang  lebih jauh ketika  ia memasuki kepanduan Hizbulwaton yang diasuh Muhammadiyah. Minatnya kepada Islam  mendalam  menjadi penghayatan yang serius baik dalam bidang ajaran-ajarannya maupun dalam ibadah. Ia kemudian menerjunkan diri  ke pergerakan yakni dalam Pemuda Muhamadiyah, disini ia dengan ketekunannya yang karakteristik, belajar dan  menguasai teknik-teknik aksi terorganisasi dan lebih memperkembangkan lagi kemampuannya untuk  memimpin manusia-manusia yang sulit diatur  dengan daya persuasinya  yang tenang dan berwibawa.

Seperti juga jenderal revolusi yang lain, Soedirman pernah menjadi guru. Setamatnya dari MULO Wiworo Tomo  ia diangkat menjadi guru pada HIS Muhammadiyah. Sebagai guru ia meningkatkan kemampuannya untuk menjelaskan sesuatu persoalan  yang rumit secara gambling. Sesuatu hal yang mempunyai kegunaan praktis kelak ketika  ia memegang tampuk pimpinan organisasi  dalam lingkungan Pemerintah Republik Indonesia yakni Angkatan Darat.

Maka berakhirlah zaman kolonial Belanda pada tahun 1942 dan mulailah pendudukan Jepang. Pada tahun 1943 pemerintah militer Jepang  di Jawa  mulai dengan pembentukan sebuah pasukan pribumi yang digariskan oleh Markas  Besar Kemaharajaan di Tokyo. Di seluruh jajaran tentara umum selatan  yakni komando mandala  yang meliputi  seluruh Asia Tenggara di bawah pimpinan Jenderal Besar  Terauchi. Mulai tahun 1943 dibentuklah apa  yang diberi nama giyugun  tentara sukarela, baik di Sumatera, Jawa, Malaysia dan Singapura.
Motivasi pihak jepang dalam mengotorisasi  pembentukan pasukan-pasukan  pribumi itu  adalah pertama kali militer yang kemudian memperoleh aspek politik. 

Aspek militernya adalah  bahwa pihak Jepang  sudah kehabisan manpower karena rentang ofensip mereka terlalu luas, sehingga  jepang memerlukan tenaga untuk tugas-tugas garnisun. Aspek politiknya adalah  bahwa mereka  member suatu taruhan  kepada rakyat yang negaranya mereka duduki, supaya secara maksimal membantu usaha perangnya dan secara minimal tidak memberontak kepada Jepang. Karena aspek rangkap ini, militer dan politis.Pihak Jepang memilih tokoh-tokoh-tokoh yang dianggapnya mempunyai pengaruh di daerahnya masing-masing untuk dijadikan pemimpin-pemimpin giyugun.  

Demikianlah  untuk para daidancho  atau komando  batalyon dari Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Soedirman  dipilih menjadi  menjadi salah satu diantara 69 daidancho  di Jawa, Madura dan Bali. Di dalam PETA inilah bertemu kebutuhan Jepang akan manpower dengan aspirasi bangsa Indonesia untuk memiliki sebuah tentara nasional. Di dalam iklim  yang sedemikian itulah Soedirman menempuh masa akhir di dalam persiapan dirinya untuk tugas utama yang dipikulkan sejarah di atas pundaknya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indonesia  di proklamasikan  oleh Sukarno dan Hatta. Proklamasi itu menentukan Revolusi Indonesia yang berkobar  sampai akhir tahun 1949 tatkala eksistensi  dan hak hidup selanjutnya Republik Indonesia di akui oleh  keluarga bangsa-bangsa adalah wajar.

Pada  tanggal 3  Oktober 1945, presiden Sukarno mengeluarkan maklumat  mengenai pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Untuk melaksanankan  organisasi tentara yang baru lahir ini ditunjuk Oerip Sumoharjo, mayor pensiunan KNIL. Oerip Sumoharjo  yang diangkat  menjadi  Kepala Markas Besar Umum dengan pangkat letnan jenderal, segera mulai melaksanakan tugasnya. Karena situasi keamanan nasional ia memilih Yogyakarta  sebagai tempat kedudukan  Markas Besar Umum TKR.  Setelah satu setengah bulan  meletakan landasan organisatoris TKR, ia merasa bahwa sudah tiba saatnya untuk mementapkan personilnya dan untuk itu ia menyelenggarakan suatu konfrensi  di antara semua panglima  yang ada  untuk memilih puncak pimpinan TKR. Pada konferensi  itu  yang terpilih menjadi  Panglima Angkatan Besar adalah Soedirman.

Ketika revolusi meletus  Soedirman sedang dalam panggilan  pembesar-pembesar militer Jepang di Jawa Barat. Ia bergegas pulang  ke Banyumas dan di sana mengambil langkah-langkah untuk menyusun organisasi BKR. Ia terpilih sebagai kepala BKR keresidenan Banyumas dan kemudian bersama-sama  Mr. IshakTjokrohadisuryo yang baru saja di angkat menjadi residen Banyumas oleh Pemerintah Republik Indonesia,mengadakan diplomasi  dengan komandan batalyon jepang setempat. Sebagaihasil perundingan itu mereka memperoleh semua senjata api yang ada dikeresidenan Banyumas tanpa harus memberikan korban nyawa.

Setelah terpilih menjadi  Panglima Besar dalam konferensi TKR dalam bulan Nopember 1945, bulan berikutnya  Soedirman diangkat dan di lantik pleh Presiden Sukarno menjadi Panglima Besar Angkatan Perang  Republik Indonesia dengan pangkat jenderal. 

Maka sejak itu mulailah diletakan landasan awal bagi kehidupan TKR sebagai tentara nasional bangsa Indonesia.Jenderal Oerp Sumoharjo meletakan landasan-landasan teknis militer, sedangkan Jenderal Soedirman meletakan landasan-landasan kejiwaannya. Tugas mereka tidaklah gampang, satuan-satuan tentara  sudah terbentuk secara spontan dan dari bawah dalam suasana revolusioner yang hiruk pikuk di mana  disiplin dan ketertiban masih sukar dicari. 

Di sinilah bakat-bakat kepemimpinan Soedirman  Nampak efektif.  Menghadapi tugas penertiban organisasi suatu tentara  yang masih jauh daripada profesionalisme, maka nonprofesionalismenya yang fleksibel dapat mengisi profesionalisme yang kuat pada dir Oerip Sumoharjo.

Sementara itu pihak Belanda  telah selesai  dengan kekuatannya sekitar 100 ribu pasukan di darat, laut  dan udara  telah siap untuk menghancurkan Republik Indonesia. Setelah  pertempuran-pertempuran terbatasdi pelbagai tempat di tanah air, maka pada tanggal 21 Juli 1947, tentara ekspedisi  Belanda menyerbu ke daerah-daerah republic secara besar-besaran. Aksi militer 1 Belanda terhenti karena intervensi PBB.  

TNI tidak berhasil menahan musuh pada berbagai front, tetapi pengalaman pahit itu  membantu pemimpin-pemimpin angkatan perang di dalam merumuskan  doktrin pertahanannya yang baru, yang dikenal dengan nama Perang Rakyat Semesta.  Dalam system pertahanan ini  prinsip linier sudah ditinggalkan diganti dengan susunan lingkungan pertahanan yang terkecil dan kecamatan sebagai unit pertahanan militer yang terendah.

Pada semua front , TNI dengan dukungan rakyat melancarkan  perang gerilya yang dalam waktu singkat menggagalkan rencana Belanda untuk menghancurkan TNI. Jiwa perang gerilya itu adalah  Panglima Besar Jenderal Soesirman yang sejak masa itu menjadi buah bibir rakyat dengan sebutan pak Dirman.

Mengapa Soedirman menjadi  tokoh sentral selama perang gerilya itu:

Pertama, pada waktu itu pimpinan nasional yakni  Presiden dan Wakil Presiden telah membiarkan diri mereka di tawan oleh musuh, ketika Belanda menyerbu ibukota Yogyakarta, hal ini menyebabkan  Soedirman  menjadi lambing daripada perlawanan terhadap musuh. 

Kedua, Soedirman memperoleh respek dari segenap pejuang pada waktu itu karena ia menepati janjinya  akan memegang kembali kembali tumpuk pimpinan angkatan perang, apabila musuh menyerang kembali. Pada waktu itu Soedirman telah berbulan-bulan non-aktif, karena harus beristirahat untuk penyembuhan penyakit paru-paru yang dideritanya. Ia mengetahui kosekwensinya  apabila ia harus berangkat ke medan gerilya, ia akan dipaksa untuk terus berpindah-pindah dalam segalamacam  cuaca tanpa istirahat. Namun ia menepati janjinya.

Ketiga, selama gerilya itu TNI pada akhirnya berkesempatan untuk mengembangkan ethosnya, suatu ethos yang oleh Soedirman dirumuskan sebagai Tentara Nasional Tentara Rakyat, tentara revolusi.

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.


Biografi Soekarno



Soekarno   adalah salah seorang  proklamator, pencetus Pancasila sekaligus bapak bangsa. Lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Karena sering sakit-sakitan, maka saat berumur lima tahun, namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo. Ibunya adalah Ida Ayu Nyoman Rai, keturunan bangsawan Bali. Masa kecil Soekarno dihabiskan di Tulung Agung bersama kakeknya, Raden Hardjokromo.  
 
Soekarno berasal dari keluarga priyayi  rendahan, ayahnya seorang  guru. Kedudukan sosial ekonomi keluarganya  hanya agak sedikit lebih baik. Pendidikan Soekarno  menempatkannya dalam kalangan  dalam kalangan atas masyarakat Indonesia. ELS ( Sekolah Dasar Belanda), HBS ( Sekolah Menengah Belanda), tamat tahun 1921, ketika Soekarno memulai karir politiknya hanya sedikit orang Indonesia yang mempunyai ijasah HBS. Lebih sedikit lagi  jumlah orang Indonesia  tamatan  universitas  seperti Soekarno. 

Selama masa sekolah di  HBS  soekarno berdiam di rumah HOS Tjokroaminoto, pemimpin syarikat Islam yang kharismatik. Setelah tamat HBS  di tahun 1921  sebenarnya Soekarno dapat  langsung  terjun ke masyarakat  misalnya menjadi pemimpin politik karena dasar-dasarnya sudah ada. Tetapi Soekarno  memilih meneruskan studinya ke  Technische Hoge School (THS) sekarang ITB. 

Masa belajar di THS  digunakan Soekarno seluruhnya untuk menelan  buku-buku mengenai Nasionalisme, marxisme, persoalan-persoalan internasional dan sejarah. Pengaruh buku-buku ini  terlihat dalam pidato pembelaannya di depan pengadilan kolonial(1930) yang terkenal dengan judul “ Indonesia Menggugat”. Pengetahuannya mengenai Indonesiaterlihat dari kutipan-kutipan para sarjana kenamaan pada zamannya. Namun kesadaran akan nasib Indonesia diperoleh melalui  pemikir-pemikir marxis baratyang tergolong dalam sosio demokrasi. Namun harus diingat  bahwa pidato “ Indonesia Menggugat” di ucapkan dan ditujukan kepada hakim-hakim  Belanda dan secara tak langsung  kepada rakyat Indonesia terutama golongan cendikiawan.

Tahun 1926 Soekarno tampil  untuk menjadi pemimpin politik, pekerjaan sebagai asisten di THS di tolaknya. Soekarno malahan mendirikan  PNI ( Partai Nasional Indonesia) sebagai jawaban  bagi tawaran kerja samadari pihak Belanda. Pada waktu itu pergerakan Indonesia dalam keadaan suram. Keanekaragaman masyarakat Indonesia, sukuisme, agama dan isme-isme lainnya serta konflik sosialmenggoncangkan pergerakan ini.

Pada  tahun 1926 Soekarno  menerbitkan tulisan pertamanya  yang matang dalam Indonesia Muda: “ Nasionalisme, Islamdan Marxisme”. Pikiran pokok di sini  adalah nasionalismenya. Dengan  cermat Soekarno melihat  bahwa suatiu ide nasionalisme  yang lebih dipertajam dengan tujuan-tujuan yang jelas  akan dapat diterima  semua dalam keadaan pergerakan pada waktu itu. Tulisannya terutama ditujukan kepada  elit pergerakan  dan bukan kepada rakyat. 

Sukarno dalam tulisannya tadi  mencoba meyakinkan  golongan-golongan Islam dan nasionalis  untuk tidak  Marxis phobi. “ Saya bukan orang komunis ,saya tidak memihak saya hanya menghendaki persatuan, persatuan Indonesia dan persaudaraan di antara berbagai gerakan”. Persatuan ini akan merupakan jembatan emas yang mengantar ke gerbang pintu kemerdekaan. Soekarno melihat rakyat  ini sebagai suatu kelompok yang tidak terbagi-bagi  dalam kelas  tetapi massa yang takberbeda-beda, aliran serta isme-ismelah yang membagi masyarakat dan bukan kedudukan sosial ekonomi.

Soekarno mendefinisikan konsepsi rakyatnya lebih lanjut dengan melahirkan marhaenisme. Pada suatu waktu  Sukarno berjalan-jalan  di desa dan bertemu  dengan seorang petani. Ketika di tanya siapa yang memiliki  tanah yang sedang dikerjakan , sang petani menjawab, “milik saya” katanya lagi siapa yang memiliki pacul itu, “milik saya” katanya lagi siapa yang memiliki alat-alat pertanian itu, “ milik saya” jawab petani sekali  lagi. Petani itu bernama Marhaens. Jelas. Kata Sukarno. Si petani tidak menjual tenaganya  pada majikan  sebagai seorang proletar. Si petani memiliki alat-alat produksi, panen adalah panennya  sendiri, akan tetapi petani marhaen itu tetap miskin. Usahanya hanya sekedar untukmelangsungkan hidup dari harta   miliknya. Rakyat Indonesia menurut Sukarno adalah jutaan marhaen-marhaen seperti itu. Kemiskinan mereka  ini adalah karena  kolonialisme.

Yang menarik disini adalah  bahwa fokus Soekarno  mengenai rakyat adalah  sebenarnya “entrepreneur kecil” , Sukarno mengabaikan golongan-golongan lain seperti lurah, pamong desa atau marhaens-marnaens lain  yang mempunyai milik lebih besar. Pun tidak dipersoalkan Sukarno  jutaan rakyat yang  tidak memiliki tanah  tetapi kerja sebagai penggarap atau buruh tani. Bagi Sukarno  yang menjadi pertimbangan utama  untuk melancarkan konsepsi marhaen  adalah  buat  meyakinkan elit Indonesia yang terdidik  untuk menghilangkan konsepsi-konsepsi mereka sendiri mengenai rakyat. Konsepsi-konsepsi tradisional kaum elit ini  mengenai rakyat seperti tercantum dalam  kata-kata “ rakyat bodoh, kampungan, orang dusun”. Konsepsi elit ini di dobrak dan diganti  dengan istilah marhaen sebab proletar tidak cocok malah akan mengagetkan elit.

Mengapa  Sukarno ditangkap pada tahun 1930 salah satu sebabnya adalah karena pemakaian bahasa yang keras, sering memakai kata revolusi atau istilah-istilah yang radikal. Katanya nada pidato-pidatonya yang keras adalah untuk membangkitkan   semangat rakyat. Pemakaian  bahasa radikal bagi Sukarno  adalah alat seorang politikus untuk menggelorakan semangat rakyat dengan mana diisi  keberanian serta kepercayaan  akan hari depan.
Gaya kepemimpinan Sukarno akhirnya membawa keretakan  dalam kalangan pergerakan nasional  yaitu antara Soekarno di  satu pihak  dan Hatta serta Sjahrir di pihak lain. Kedua yang terakhir menekankan  pembentukan kader dan kursus-kursus politik. Mereka melihat Soekarno kurang memperhatikan bidang ini. Keretakan  antara Soekarno dan Hatta- Sjahrir  semakin mendalam, tindakan sewenang-wenang Soekarno  dilihat sebagai hasil  gaya kepemimpinan Sukarno  yang menyebabkan struktur partai  demokratis. 

Sjahrir  mengatakan bahwa kepemimpinan Soekarno  itu seperti orang yang memberikan jimat-jimat  kepada rakyat  dan membangkitkan perang jihad. Ketika Belanda sekali lagi memukul pergerakan nasional dalamtahun 1933, Soekarno di buang ke Endeh Flores dan yang lain di buang ke Digul, Irian Jaya.

Apa sebenarnya yang menyebabkan  perbedaan  antara ketiga pemimpin ini, mungkin pengalaman mereka berbeda. Sukarno tidak pernah berada di luar negeri , dia bertumbuh sendiri dan beraksi sendiri. Sedangkan Hatta dan Sjahrir  melihat dan mempelajari struktur partai-partai di Belanda. Ada faktor lain  yang lebih penting   yang menyebabkan perpecahan, Soekarno percaya kepada rakyat  sedangkan Sjahrir melihat bahwa  bahwa rakyat  berada dalam cengkraman  feodalisme.

Peranan Soekarno  dan Hatta  yang bersatu kembali, bahwa mereka bekerja sama dengan jepang  mau disamakan  dengan  para kolaborator jerman di Eropa tidak tepat  sebab keadaan Indonesia lain  dengan Negara-negara merdeka di Eropa. Yang memecah belah tokoh-tokoh  revolusi pada waktu itu  bukan persoalan  “kolaborasi” dwi tunggal, tetapi cara memproklamirkan kemerdekaan  dan cara merebut kekuasaan dari Jepang. 

Benedict Anderson, sejarawan  tahun pertama revolusi Indonesiamenulis bahwa pada saat kritis proklamasi  elit politik Jakarta dibagi dalam dua golongan, Sukarno- Hatta di satu pihak  dan mereka yang disebut  tokoh-tokoh politik sebelum perang dan kaum pemuda di pihak lain, yang diwakili oleh Adam Malik, Chaerul Saleh, BM Diah, Wikana  dan lain-lain. Kaum muda ingin merebut kekuasaan dari Jepang dengan cara kekerasan. Menurut Sukarno – Hatta persoalannya  bukan  Jepang tapi Belanda. Untuk apa menjatuhkan  korban-korban dan pertumpahan darah yang sia-sia.

Tahun 1950 Kemerdekaan Indonesia di capai , dari Republik Indonesia Serikat  menjadi Republik Indonesia. Soekarno menjadi presiden dari pemerintahan parlementer, yaitu presiden konstitusional.  Namaun dalam batinnya sendiri  Sukarno merasa  dia adalah presiden  bekas Hindia Belanda, Irian Barat masih ditangan Belanda, perusahaan Belanda masih berkuasa.  Dan  Indonesia adalah uni dari kerajaan Belanda. Militansi Sukarno dan pidato-pidatonya  yang berkobar-kobar menggerakan  hati rakyat. Namun kalau dalam  zaman revolusi  halsemacamini demikian berguna, sekarang dianggap sebagai ancaman  bagi kesetabilan Negara baru. Sukarno tak henti-hentinya menuntut Irian Barat dikembaikan, bubarkan uni, nasionalisir perusahaan-perusahaan Belanda. Banyak elit politik Indonesia  melihat tindakan Sukarno  sebagai suatu ancaman.  Yang menjadi salah satu sebab timbulnya perpecahan dikalangan elit politik Indonesia. Perpecahan elit pilitik Indonesia ini ditandai oleh perpecahan antara Soekarno dan Hatta. 

Hasil pemilihan umum 1955  menambah kegawatan karena banyaknya partai, dan hasil yang dicapai PKI menambah runyamnya keadaan. Sukarno   hendakmemberikan tempat kepada PKI. Nasinalisme, Islam dan Marxisme, fikirannya sebelum Indonesia Merdeka mau direalisinya sekarang. Setiap pemimpin  revolusi yang hidupnya berada dalam ancaman  akan segera menyadari bahwa  dia terkurung dalam umurnya yang terbatas di dunia ini. Karena itu Sukarno segera bertindak , dimunculkannya konsepsi presiden yang kemudian menuntut kembalinya UUD 1945. 

Dan ini merupakan kerangka  Demokrasi Terpimpin. Sistem demokrasi terpimpin didasarkan pada aliansi  antara partai-partai termasuk PKI. Tentara dan presiden sebagai pihak ketiga. Biarpun Demokrasi Terpimpin menjamin demokrsi dan pimpinannya diterima secara popular , namun semuanya mengandung kelemahan-kelemahan dalam dirinya. Sebab akhirnya segala sesuatu akan tergantung pada presiden yang mempraktikan politik perimbangan.
Sedangkan seorang presiden adalah  manusia yang terkungkung dalam batasan umur. 

Selama presiden masih diperkirakan mampu melanjutkan hayatnya  dan masih lama menguasai keadaan maka sistemnya  diharapkan tetap kokoh.
Akan tetapi sekali tanda-tanda  penyakit timbul , sistem Sukarno pun mulai goncang, Hal ini mungkin bisa menjelaskan  ketidak tentraman  Sukarno sejak tahun-tahun 1960-an. Dia mondar-mandir  melakukan  perjalanan ke  luar  negeri, berpesta pora, segalanya diperbuat  untuk menunjukan bahwa  dia belum mendekati akhir hayatnya dan masih sehat. Akan tetapi  makin lama makin banyak orang melihat tanda-tanda  ketuaan pada Soekarno yang semakin berumur.  Semuanya berproses terus dan akhirnya  menjadi sebab  langsung kejatuhannya dalam tahun 1965.

Peranan  Sukarno  dalamsejarah Indonesia  terlihat paling besar  pada saat-saat adanya kemacetan. Dalam tahun 1927 tampilnya Sukarno ke depan  menolong pergerakan nasional dan memberikan arah  dan arti baru. Pada saat pembentukan Negara Indonesia sekalilagi pidato Pancasilanya memecahkan pertentangan-pertentangan antar berbagai golongan. Pada  saat kehidupan politik  macet  karena perpecahan partai-partai ancaman kup  di daerah-daerah  peranan Sukarnodengan konsepsi presiden berdasarkan UUD 1945 sekali lagi terlihat. Penyatuan Irian Barat dengan Indonesia  dapat dikatakan jasanya  dan hasil  keuletan pendapatnya.

Yang demikian menyolok  mengenai Soekarno adalah bahwa dia  beridri sendirian dan tidak dikelilingi oleh kawan-kawan yang sebanding, Soekarno tidak memiliki tangan kanan dan tangan kiri yang terpercaya. Pada akhirnya  Soekarno hanya memiliki sekutu-sekutu, fraksi-fraksi, teman atau pengikut serta pengagum bukannya partner. Ada semacam keagungan melihat tokoh revolusi ini  mencoba memberikan arah kepada jalannya  revolusi, tetapi dia di sana  berdiri sendiri lagi sedangkan segala arus menentangnya.

Sinar sang Putera Fajar ini mulai meredup tatkala meletus aksi G30S/PKI. Penyebabnya adalah keputusan beliau yang menolak membubarkan PKI karena bertentangan dengan paham Nasakom (Nasional, Agama, dan Komunisme).

Seiring dengan itu kesehatannya pun memburuk. Sang Proklamator didiagnosa mengidap gangguan ginjal dan disarankan untuk menjalani langkah medis namun menolak dan memilih untuk tetap menjalani pengobatan tradisional.  Lima tahun kemudian, tepatnya 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.